Tentang Hujan Bahagian 1
Bagaimana aku tabah terhadap rintikmu yang kali ini tajam menusuk permukaan ranah. Sejatinya kita bertengkar diantara hujan yang membahana. Tapi kali ini, kita akur tak biasanya. Perlahan menelisik rindu. Kau titipkan samar kepada badai yang kian kuat. Anehnya, rintiknya tetap tajam walau berbeda tempat. Aku pindah, tetap saja seperti itu. Akankah aku bisa melihat pelangi, usai hujan malam ini? Sekiranya ia bisa kutatap. Aku pasti bersahaja dan berubah menjadi ratu yang berkuasa. Berkuasa tapi tertunduk. Aku akan mencoba merampas pelangi kecilmu dan akan kutaruh warnanya di sini, di tempat ini.
Aku berterimakasih, pada siklon yang membawa serta basahi setiap inchi tanahmu. Tanahmu yang retak, lebih banyak debu. Bertebaran, apabila dihempas angin yang datang diam-diam. Asalmu panas, berubah mendingin, melunak dan mengelabui.
Sekiranya aku menjadi awan kumulonimbus atau kumulus kongestus yang ikhlas menurunkan hujan. Tanpa peduli pada akhirnya ia akan binasa. Karena dalam binasa ternyata ada keindahan yang dititipkannya dalam ruang khusus.
Sejenak aku diam. Kuhitung tanggal dari awal Maret sampai awal April ini, namun tak bergeming, hanya tiap malam kau selalu merintiki. Kau tetap perkasa dengan ujungmu yang kian runcing, sungguh tajam, tapi lama-lama tumpul jua kukira. Jika kau hanya diam. Kukira kau lemah. Lemah atau takut akupun tak tahu? Atau hanya persepsiku yang belum mengenal tipe rintikmu itu jenis apa?, Sudahlah akan aku tutup daun pintu malam ini. Agar aku tak melihat rintikmu lagi.
Medan, 8 April 2012 -MB-
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=3223254536345&set=a.3223253296314.2130524.1115911731&type=1