Oleh Maysarah Bakri
Beberapa
hari yang lalu, seorang temanku mentag sebuah postingan di jejaring sosial
facebook, tentang keluhan lidahnya yang berasa pahit, lidahnya berwarna putih dan
warna putihnya agak tebal. Alhasil dia tidak nafsu makan karena lidahnya terasa
sangat pahit. Entah kenapa beliau me mention namaku untuk dimintai pendapat
tentang lidahnya yang seperti itu dan dimintai tips. Lah aku bukan dokter
hehhe. Namun membaca postingannya, aku jadi ingat pelajaran waktu kuliah dahulu,
tentang Mikrobiologi Medis, pada lidah bisa terjadi Candidiasis yang disebabkan
oleh kapang Candida albicans ataupun
Candida Sp lainnya yang tumbuh di lidah kita atau disebabkan oleh jenis kapang
lainnya.
Pertama,
untuk mengomentari postingannya tersebut, aku menjawab berdasarkan pengalaman
pribadiku yaitu dengan mencicip garam secumit (istilahnya bener gak a? ga tahu
dehehehe) Lalu diletakkan di atas permukaan lidah. Biasanya kalau aku mencicip
garam maka lidah yang berasa pahit akan hilang. Jika tak selera makan juga akan
tambah semangat makan. Mencicip garam sebelum dan sesudah makan itu sudah
menjadi kebiasaanku sekarang. Alhamdulillaah badanku semakin fit. Kemanapun aku
pergi aku akan selalu membawa kotak garam dalam tasku. Baru-baru ini, aku
merasa garam is my doping. Selama perjalanan 3 hari ke Riau dan 8 hari ke
Padang berturut-turut dengan garam, aku selalu fit selama perjalanan. Padahal perjalanan
ke Padang terkenal dengan jalannya yang berkelok-kelok
(ampun dah) yang mengocok isi perut dan perasaan mau muntah sajo. Biasanya aku
memakan obat anti mual, antimo (ga papa deh sebut merek ya) tapi alhasil aku
selalu tertidur dan ini tidak menyenangkan sekali karena pastinya aku tidak
akan menikmati pemandangan selama perjalanan, tidur nyenyak euy bak sleeping
beauty hihhihi.
Perjalanan
akhir Desember lalu dan berakhir di awal Januari 2013 sangat-sangat begitu menyenangkan karena
aku bisa menikmati setiap pemandangan
selama di dalam mobil. Waktu itu, aku tak memakan antimo. Aku hanya
memakan garam. Jika mulutku sudah terasa pahit. Maka aku akan mengambil garam
seiprit dan meletakkannya di atas lidah dan kukecap perlahan. Alhamdulillaah
segeran. Hehhe. Dan ga pernah muntah selama perjalanan.
Mengikuti cara Rasulullaah sebelum makan beliau akan mengambil sedikit garam
menggunakan jari kecilnya, lalu Rasullaah akan mencicipi garam itu. Kemudian
barulah Rasulullaah makan makanan tersebut. Mengapa?Karena kedua belah tangan kita akan mengeluarkan 3 macam enzim, tetapi konsentrasi di tangan kanan kurang sedikit dari yang kiri. Ini adalah karena enzim yang ada di tangan kanan itu merupakan enzim yang dapat membantu proses pencernaan (dygestion).
Mengapa memakan garam?
Karena garam adalah sumber mineral dari tanah yang diperlukan oleh tubuh kita. Dua jumput garam dari jari kita itu adalah sama dengan satu liter air mineral. Kita berasal dari tanah maka lumrahnya bahan yang berasal dari bumi (tanah) inilah yang paling berkhasiat untuk kita.
Kenapa garam? Selain itu garam adalah sumber mineral, garam juga adalah penawar yang paling mujarab bagi keracunan, mengikut dokter di rumah sakit-rumah sakit, the first line of treatment for poisoning adalah dengan memberi Sodium Chloride, yaitu garam.
Well, kita tinggalkan tentang perjalananku
waktu ke Padang dan bahasan tentang
garam.
Temen-temen
ingat tidak, waktu kita kecil. Kalau kita sakit dan pergi berobat ke dokter,
apa yang diperiksa oleh dokter di rumah sakit atau di rumah tempatnya praktek?
Kalau misalnya demam, dokter pasti memberikan thermometer pada kita, biasanya
diletakkan di bawah ketiak atau di dalam mulut untuk dilihat berapa derajat
suhu tubuh kita. Lalu dokter bisanya memeriksa dada kita atau perut kita dengan
stetoskopnya. Setelah itu, kita disuruh dokternya untuk mengeluarkan lidah,
melet-melet gitu hehhe. Ish.. kalau ingat tentang kisah melet ini. Saya punya
cerita seru sama dokternya.
Dokter
: “Coba, ‘aaaak” dokter biasanya memperagakannya untukku.
Saya
: “Saya kan ga musuhan sama dokter,
ngapain disuruh melet. Kan ga mau ngejek
dokter. Biasanya aku melet kalau kesel sama temenku?” hahha. Anak kecil masih
polos, unyu-unyu manis lagi hahhhha.
Dokternya
pun senyum-senyum.
Back to lidah. Lidah
merupakan panca indera yang kita miliki. Dari kecil pasti kita sudah akrab
dengan yang namanya Panca Indera. Apa itu Panca Indera? Apa itu organ yang
termasuk Panca Indera? Panca indera adalah lima indera yang terdiri dari mata
untuk melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium, lidah untuk
mengecap dan kulit untuk menerima rangsangan atau merasa. (Yaak pinterrr Sarah
jawabnya hahhha). Kelima indera itu ada
pada diri kita semua. Kita harus mengucap syukur karena kita diberi panca
indera yang lengkap,sempurna dan tanpa cacat. Itu semua kekuasaan Allaah atas
penciptaanNya pada diri kita. Namun, ada saudara-saudara kita sebagian ada yang
tidak memiliki lengkap panca inderanya. Sekali, alhamdulillaah bersyukur ya
Rabb. Sehatkanlah kami semua. Aamiin.
Lidah
bukan sembarang lidah. Setiap yang diciptakan Allaah semuanya terkandung hikmah
dan manfaat bagi siapapun yang berfikir. Ternyata, kesehatan
kita bisa dilihat dari kondisi lidah.
Lidah
memang sangat bermanfaat untuk merasakan lezatnya makanan, ngobrol, bahkan
untuk melihat kondisi kesehatan seseorang. Ya, baik atau buruknya kesehatan
seseorang dapat dilihat dari kondisi lidahnya.
Dari awal yang aku ceritakan tadi bahwa dokter akan mengamati keadaan lidah pasiennya. Itu karena ukuran, warna, dan tekstur alat pengecap itu memang dapat menunjukkan kondisi pasien.
Pengobatan tradisional China dan India pun kerap menggunakan lidah untuk mendiagnosa penyakit pasiennya. Sebuah luka di lidah bisa menandakan bahwa tubuh sedang kekurangan vitamin. Penyakit sianosis (kondisi paru-paru tidak mendapat cukup oksigen) pun dapat dilihat dari lidah. Gejala awal campak juga terlihat karena mereka muncul terlebih dahulu di lidah sebelum di kulit tubuh.
Berikut ini beberapa keadaan lidah yang perlu kita perhatikan untuk mendeteksi penyakit:
Permukaan.
Lidah yang botak tanpa tekstur pertanda Anda kekurangan zat besi atau anemia. Lidah berbintik besar berarti rentan alergi. Lidah kering tanda bahwa kita sedang stress.
Bentuk
Lidah yang besar dan lebar jika diulurkan bisa menjadi gejala kondisi medis down syndrome, atau kretinisme.
Warna.
Tubuh yang sehat biasanya dilihat pada warna lidah yang merah muda cerah. Jika nampak warna gelap pada lidah, biasanya terjadi inflamasi di bagian tubuh. Pada kasus ekstrim, dapat melambangkan adanya kanker.
Jika nampak lapisan putih tebal di lidah, bisa disebabkan karena oversekresi empedu di hati dan kandung empedu. Jika lidah berwarna ungu atau biru, maka segeralah mencari pertolongan dokter karena itu tandanya ada konsumsi berlebih gula dan makanan olahan.
Dari awal yang aku ceritakan tadi bahwa dokter akan mengamati keadaan lidah pasiennya. Itu karena ukuran, warna, dan tekstur alat pengecap itu memang dapat menunjukkan kondisi pasien.
Pengobatan tradisional China dan India pun kerap menggunakan lidah untuk mendiagnosa penyakit pasiennya. Sebuah luka di lidah bisa menandakan bahwa tubuh sedang kekurangan vitamin. Penyakit sianosis (kondisi paru-paru tidak mendapat cukup oksigen) pun dapat dilihat dari lidah. Gejala awal campak juga terlihat karena mereka muncul terlebih dahulu di lidah sebelum di kulit tubuh.
Berikut ini beberapa keadaan lidah yang perlu kita perhatikan untuk mendeteksi penyakit:
Permukaan.
Lidah yang botak tanpa tekstur pertanda Anda kekurangan zat besi atau anemia. Lidah berbintik besar berarti rentan alergi. Lidah kering tanda bahwa kita sedang stress.
Bentuk
Lidah yang besar dan lebar jika diulurkan bisa menjadi gejala kondisi medis down syndrome, atau kretinisme.
Warna.
Tubuh yang sehat biasanya dilihat pada warna lidah yang merah muda cerah. Jika nampak warna gelap pada lidah, biasanya terjadi inflamasi di bagian tubuh. Pada kasus ekstrim, dapat melambangkan adanya kanker.
Jika nampak lapisan putih tebal di lidah, bisa disebabkan karena oversekresi empedu di hati dan kandung empedu. Jika lidah berwarna ungu atau biru, maka segeralah mencari pertolongan dokter karena itu tandanya ada konsumsi berlebih gula dan makanan olahan.
Mari jaga lidah kita. Bersihkanlah lidah selama
menggosok gigi.
Maaf, tulisannya amburadul. Ditulis dalam
terkantuk-kantuk. Kurang huruf atau kalimatnya yang ga mecing (matching) harap
maklum. Besok kita edit lagi ya hehe. Atau ada yang bersedia mengedit monggo.
30 Januari, 23:23 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar