Namaku
Sarah, terlahir dari seorang Ayah yang bersuku Banjar, Kalimantan dan
Mamak yang peranakan Minang, Melayu, Jawa. Lahir, besar di kota yang
kucinta, Medan hehhe.
Aku beruntung punya Mamak yang sangat pintar memasak. Setiap hari Mamakku memasak dengan cinta dan ketulusan untuk kami, anak-anaknya. Dahulu, aku sama sekali tidak pintar memasak karena semua masakan yang terhidang adalah olahan dari tangan Mamakku, namun suatu saat timbul hasrat ingin mahir memasak seperti Mamak. Setiap hari aku belajar, memperhatikan mamak memasak dan membantunya di dapur. Kegagalan demi kegagalan saat mencoba resep-resep barupun aku alami. Ternyata dari kegagalan-kegagalan itu, aku belajar banyak hal dalam mengolah bahan. Setiap nasehat Mamak kudengar dengan baik.
***
Alangkah bahagianya dalam hidup ini jika kita punya tetangga yang baik hati. Rumah megah, mewah sekalipun kalau tak punya tetangga yang baik, kehidupan akan terasa kurang. Sepotong kenikmatan tak bisa kita raih jika tak punya tetangga yang baik. Tetangga yang baik adalah berkah, rezeki untuk kita. Tetangga adalah saudara terdekat yang kita punya. Memiliki tetangga yang baik adalah kebahagian yang kita punya. Tetangga adalah orang terdekat dalam kehidupan. Tidaklah seseorang keluar dari rumah melainkan dia lewati tetangganya. Di saat diri kita membutuhkan bantuan, tetangga adalah orang pertama yang kita ketuk pintunya. Bahkan di saat kita meninggal bukan kerabat jauh yang diharapkan mengurus diri kita, tetapi tetanggalah yang dengan tulus bersegera menyelenggarakan pengurusan jenazah
Hari ini tetanggaku yang baik memberikan sebuah semangka merah yang besar tanpa biji katanya. Ukurannya hampir tiga setengah kilogram. Wah, syukur alhamdulillaah. Semangka ini akan menjadi teman untuk penyejuk di hari yang panas ini. Setelah mengucapkan terimakasih, aku langsung memasukkan semangka itu ke dalam kulkas agar bertambah segar ketika dinikmati nantinya.
Sambil menunggu semangka itu dingin. Aku menghidupkan kompor dengan api yang sangat kecil. Memanaskan panci berwarna hijau ukuran sedang. Kuambil gula sebanyak empat sendok lalu kuletakkan di atas panci, kubiarkan ia meleleh. Warnanya kelihatan seperti madu jagung yang bening dan sedikit kekuningan. Gula yang seperti pasir tadi, berubah menjadi karamel manis dan wangi. Lalu kutuangkan tiga gelas air putih perlahan, sedikit demi sedikit. Karamelnya tiba-tiba mengeras seketika kemudian lumer kembali karena air yang mendidih. Ia menggelegak seperti danau air panas. Karamel dan airnya menjadi satu, sedikit kuberi garam. Satu hal yang unik dariku jika mengolah apapun, aku selalu memberikan garam walaupun sangat sedikit. Garam itu memberikan efek gurih dalam setiap olahan. Setelah itu, aku memasukkan beberapa tetes essence lemon yang kubeli seharga Rp 3700 di swalayan terdekat, dan perasan jeruk kasturi yang kuambil di belakang rumah. Bibit jeruk kasturi itu kubeli tahun lalu dan sekarang telah berbuah banyak. Seharusnya pakai buah lemon yang asli tapi aku tak punya stok di kulkas. Kumatikan kompor dan menuangkan air rebusan gula tadi ke sebuah gelas besar dan membiarkan uap panasnya hilang. Setelah itu baru kumasukkan ke dalam kulkas.
***
Beberapa jam kemudian, aku mengambil semangka dari kulkas dan memotongnya menjadi dua bagian. Semangka tanpa biji itu ternyata tak sepenuhnya tanpa biji. Kulihat beberapa biji ada di daging buahnya. Setengah bagian kumasukkan lagi ke dalam kulkas dan setengahnya lagi akan kubuat fruit ball dari sebuah cetakan fruit ball yang bisa membentuk buah seperti bola. Satu persatu aku keruk daging buahnya dengan cetakan itu sampai membentuk bola-bola kecil yang cantik.
Kemudian bola-bola kecil semangka itu aku susun di sebuah gelas dan menuangkan air rebusan gula dingin yang tadi kubuat. Kuiris tipis, sebuah jeruk kasturi segar dan meletakkannya di atas permukaan air gulanya. Jadilah setup buah semangkaku yang sangat sederhana dan menjadi teman santai di udara yang panas ini. Ah sangat segar sekali. Keluargaku pun menikmatinya, ditemani biscuit oat dengan jeruk, wortel dan tomat favorit keluarga.
Aku beruntung punya Mamak yang sangat pintar memasak. Setiap hari Mamakku memasak dengan cinta dan ketulusan untuk kami, anak-anaknya. Dahulu, aku sama sekali tidak pintar memasak karena semua masakan yang terhidang adalah olahan dari tangan Mamakku, namun suatu saat timbul hasrat ingin mahir memasak seperti Mamak. Setiap hari aku belajar, memperhatikan mamak memasak dan membantunya di dapur. Kegagalan demi kegagalan saat mencoba resep-resep barupun aku alami. Ternyata dari kegagalan-kegagalan itu, aku belajar banyak hal dalam mengolah bahan. Setiap nasehat Mamak kudengar dengan baik.
***
Alangkah bahagianya dalam hidup ini jika kita punya tetangga yang baik hati. Rumah megah, mewah sekalipun kalau tak punya tetangga yang baik, kehidupan akan terasa kurang. Sepotong kenikmatan tak bisa kita raih jika tak punya tetangga yang baik. Tetangga yang baik adalah berkah, rezeki untuk kita. Tetangga adalah saudara terdekat yang kita punya. Memiliki tetangga yang baik adalah kebahagian yang kita punya. Tetangga adalah orang terdekat dalam kehidupan. Tidaklah seseorang keluar dari rumah melainkan dia lewati tetangganya. Di saat diri kita membutuhkan bantuan, tetangga adalah orang pertama yang kita ketuk pintunya. Bahkan di saat kita meninggal bukan kerabat jauh yang diharapkan mengurus diri kita, tetapi tetanggalah yang dengan tulus bersegera menyelenggarakan pengurusan jenazah
Hari ini tetanggaku yang baik memberikan sebuah semangka merah yang besar tanpa biji katanya. Ukurannya hampir tiga setengah kilogram. Wah, syukur alhamdulillaah. Semangka ini akan menjadi teman untuk penyejuk di hari yang panas ini. Setelah mengucapkan terimakasih, aku langsung memasukkan semangka itu ke dalam kulkas agar bertambah segar ketika dinikmati nantinya.
Sambil menunggu semangka itu dingin. Aku menghidupkan kompor dengan api yang sangat kecil. Memanaskan panci berwarna hijau ukuran sedang. Kuambil gula sebanyak empat sendok lalu kuletakkan di atas panci, kubiarkan ia meleleh. Warnanya kelihatan seperti madu jagung yang bening dan sedikit kekuningan. Gula yang seperti pasir tadi, berubah menjadi karamel manis dan wangi. Lalu kutuangkan tiga gelas air putih perlahan, sedikit demi sedikit. Karamelnya tiba-tiba mengeras seketika kemudian lumer kembali karena air yang mendidih. Ia menggelegak seperti danau air panas. Karamel dan airnya menjadi satu, sedikit kuberi garam. Satu hal yang unik dariku jika mengolah apapun, aku selalu memberikan garam walaupun sangat sedikit. Garam itu memberikan efek gurih dalam setiap olahan. Setelah itu, aku memasukkan beberapa tetes essence lemon yang kubeli seharga Rp 3700 di swalayan terdekat, dan perasan jeruk kasturi yang kuambil di belakang rumah. Bibit jeruk kasturi itu kubeli tahun lalu dan sekarang telah berbuah banyak. Seharusnya pakai buah lemon yang asli tapi aku tak punya stok di kulkas. Kumatikan kompor dan menuangkan air rebusan gula tadi ke sebuah gelas besar dan membiarkan uap panasnya hilang. Setelah itu baru kumasukkan ke dalam kulkas.
***
Beberapa jam kemudian, aku mengambil semangka dari kulkas dan memotongnya menjadi dua bagian. Semangka tanpa biji itu ternyata tak sepenuhnya tanpa biji. Kulihat beberapa biji ada di daging buahnya. Setengah bagian kumasukkan lagi ke dalam kulkas dan setengahnya lagi akan kubuat fruit ball dari sebuah cetakan fruit ball yang bisa membentuk buah seperti bola. Satu persatu aku keruk daging buahnya dengan cetakan itu sampai membentuk bola-bola kecil yang cantik.
Kemudian bola-bola kecil semangka itu aku susun di sebuah gelas dan menuangkan air rebusan gula dingin yang tadi kubuat. Kuiris tipis, sebuah jeruk kasturi segar dan meletakkannya di atas permukaan air gulanya. Jadilah setup buah semangkaku yang sangat sederhana dan menjadi teman santai di udara yang panas ini. Ah sangat segar sekali. Keluargaku pun menikmatinya, ditemani biscuit oat dengan jeruk, wortel dan tomat favorit keluarga.