Sabtu, 07 Desember 2013

Edisi Tara

Dari bayi, krucil ini sudah menjadi yatim piatu. Tinggal sama Neneknya di salah satu wisma terkenal di Medan. Di sekolah selalu mencari perhatian dengan cara melakukan hal-hal yang tidak disenangi temannya. Memukul tanpa sebab, mengejek, malas menulis, memeluk teman lelaki, mencium teman perempuan. Kalau dia tidak masuk sekolah, kelas pun aman-aman saja. Berulang kali ditangani BP, berani mengaku salah namun selalu diulangi, dibuat lagi. Beratusan carapun sudah digunakan oleh Guru Konseling. Kemaren, seperti panas di ubun-ubun. Tapi saya harus keep calm, di dalam kelas dia tidak mau menulis, mengganggu temannya yang lagi menulis. Dengan menarik napas dalam dari atas podium.

"Taraa!!! ya sudah kalau kamu tidak mau menulis, masukkan saja semua buku dan alat tulis kamu ke dalam tas! Mulai hari ini. Miss mengizinkan kamu untuk melakukan apapun. Lakukan apa saja yang ingin kamu lakukan. Kalau tidak mau menulis, jangan pernah menulis lagi. Saya tidak mau lihat kamu memegang pulpen! Saya tidak ingin melihat kamu memegang buku lagi. Kamu menyakiti hati Miss Taraa bahkan menyakiti hati guru-guru kamu." menghela napas dalam lagi.

Eh tiba-tiba dia menangis senggugukan. Ini pertama sekali saya melihat ia menangis seperti itu. Selama ini, hatinya terkenal keras sekali. Berkali-kali dimarahi, ia tidak pernah menangis seperti ini.

Dan akhirnya pun, saya merasa bahagia sekali. Kemudian saya menghampirinya. Memeluknya, mengelus kepalanya.



04122013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar