Minggu, 02 Desember 2012
AYAHKU DALAM PUISI
Ayah punya caranya tersendiri dalam mencintai, menyayangi dan memperhatikan kita. Terutama nasehat-nasehatnya yang kadang tak sesering yang Ibu punya, tapi lekat. Sejatinya, Ayah kita akan selalu ada selamanya. Bila sekarang tak ada secara fisik, maka ada jejak keberadaannya. Menitis pada wujud kita, rupa kita, tingkah kita. Pasti selalu ada yang bisa kita jadikan alasan untuk kita merasakan "Ayah selalu ada"
Ayahku dalam Puisi
Ayah, dalam pagi
belum ada matahari
Kau kirim aku
untuk menuntut ilmu.
Kita merasakan angin dingin
hujan bersama
ketika menjemputku
akan pulang ke rumah.
Ayah.
paling kukenal
suka buat senyum pada pengenalmu
kadang aku ingin belajar
Bagaimana tertawa renyah sepertimu.
Bulan sekarang bersinar, Ayah.
Seperti itulah dirimu,
bulan purnama
ku senang memandangnya.
Sesekali kita bercerita, kapan? tanyamu.
Kapan lagi?
Tebing itu kokoh, ternyata lebih kokoh pundak Ayah ketika gendongku
dari kecil dulu sampai
terakhir dua tahun lalu.
Ayah gendongku karena kumelemah sakit.
Selalu ada alasan
untuk merasakan
Ayah slalu ada.
30 11 2012 *Puisi 10 Menit. Ada waktu kita edit lagi. Dan menemukan kata indah buat Ayah :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar