Tuhan, Aku
Percaya JanjiMu
“Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik”. (QS 24:55)
Setiap
Kelelahan Menuju Kemudahan….
Aku
terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Keluargaku biasa hidup dalam
kesederhanaan. Sedari kami kecil, Ayah dan Ibu selalu mengajarkan anak-anaknya untuk
bekerja keras jika ingin meraih sesuatu. Ibu selalu berujar bahwa tak ada orang
sukses kecuali harus mengalami kesulitan terlebih dahulu, berlelah-lelah
bekerja dan mencintai setiap kesulitan dalam menjalani hidup ini. Karena setiap
kesulitan yang dihadapi, pastilah Allaah selalu menyertainya dengan kemudahan.
Kalimat yang aku baru tahu ada di dalam Al-Quran setelah aku sekolah di Sekolah
Dasar waktu belajar Agama Islam dengan Guruku. Kalimat yang selalu tertanam
dalam hati, kalimat indah dari Al-Quran pada
Surat Al Insyrah ini begitu mempengaruhi dalam setiap langkah hidupku selama
ini, jika harus menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mengisi hidup, sepanjang
hidup ini.
Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Q.S Al Insyirah : 5-6).
Makhluk
hidup diciptakan Allaah dengan kesulitannya masing-masing. Tidak hanya manusia
bahkan hewan dan tumbuhanpun diciptakan Allaah harus menghadapi kesulitan,
dalam setiap keberlangsungan hidupnya di alam ini. Namun, manusia adalah
makhluk Allaah yang sempurna akal dan pikirannya akan sangat menarik dalam
mengatasi setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Dan setiap kesulitan
yang dihadapi sebenarnya adalah untuk kebaikan dirinya sendiri.
Aku
sendiri, di usiaku yang seperempat abad. Sampai detik ini, masih terus
menghadapi beberapa kesulitan yang harus diselesaikan dengan sabar, hati yang
jernih dan tenang. Karena yakinlah setiap kesulitan yang kita hadapi bukan
melulu soal air mata, rasa risau gelisah dan lelah saja yang kita dapat. Karena
ternyata di balik kesulitan itu tersimpan manisnya hidup, derajat yang lebih
tinggi di hadapan Allaah, insyaAllaah. Dan sesuatu kebahagiaan yang tertutup
dengan kesulitan, yang tidak bisa kita raih jika kita tak menempuh jalan sulit
itu. Yakinlah, kesulitan adalah hadiah dari Allaah. Kita hadapi dan libatkan
Allaah untuk kita mampu menghadapi kesulitan itu. Kemudahan juga tak semudah
itu kita raih. Kemudahan tak mungkin didapat dengan orang yang diam, yang tak berusaha
melakukan apapun.
Beberapa
kesulitan yang mesti aku hadapi pun bermacam jenisnya. Namun, kisah
kesulitan-kesulitan yang masih lekat di diri ini, yakni ketika masih menempuh kuliah
di Universitas Sumatera Utara. Beberapa kesulitan sudah aku hadapi ketika harus
memasuki seleksi ujian masuk universitas. Pada zamanku, SPMB namanya. Ayah
langsung mewanti-wanti, jika kami ingin kuliah harus dengan usaha sendiri dan
wajib harus di universitas negeri. Ayah hanya membantu uang masuk kuliah saja
ketika aku sudah berhasil lulus mengikuti ujian universitas, selanjutnya
Ayah akan menyerahkan sepenuhnya
kepadaku bagaimana memperoleh biaya selama kuliah, membayar SPP terutama.
Padahal Ayah dan Ibu termasuk orangtua yang berkategori mampu untuk membiayai
kami namun Ayah selalu tegas dengan prinsipnya. Alhasil, kalimatnya itu sangat
memotivasi diri ini agar dapat melakukan yang sesuai kehendaknya. Berusaha
membayar SPP sendiri, mandiri untuk membiyai kuliah sendiri dan kehidupan
sehari-hari selama kuliah. Tantangan yang benar-benar tantangan. Awalnya aku
sempat mengungkapkan alasan mengapa Ayah begitu. Namun, ayah selalu meyakinkan
bahwa aku bisa melakukannya.
Ujian
masuk universitas begitu penuh dengan saingan. Bayangkan saja, untuk
mendapatkan sebuah kursi di Perguruan Tinggi harus berkompetisi dengan ratusan
ribu orang calon mahasiswa. Dan ini merupakan salah satu kesulitan awal yang
harus kuhadapi untuk mencapai target satu kursi di salah satu universitas
negeri favorit di Medan. Ibu tidak mengizinkan aku jika kuliah di luar kota
Medan. Karena ia tidak mau jauh denganku. Padahal aku sangat ingin kuliah di
Universitas Indonesia. Dalam menghadapi ini juga dilema menggelayuti. Antara
mengikuti kata Ibu untuk kuliah di Medan saja atau mengikuti hatiku yang ingin
kuliah di Universitas Indonesia. Ini keputusan berat, antara mengejar impian
dan patuh pada Ibu. Dan akhirnya, aku turuti apa kehendak Ibu. Ridhanya Ibu
adalah ridhanya Allaah. Aku yakin Allaah senantiasa membersamaiku.
“Janganlah
engkau menjadi ragu akan janji Allaah ketika janji tersebut tertunda atau
bahkan tidak terwujud, sekalipun telah ditentukan waktunya, agar tiadalah
terjadi dengan demikian itu pengurangan basihrohmu (penglihatan mata hati) dan
pemadaman cahaya sariroh (rahasia batin)” (Al-Hikam bagian 7)”.
***
Akhirnya
aku memutuskan untuk membuat pilihan di Universitas yang masih di wilayah Medan,
sesuai yang dikehendaki Ibu. Alhamdulillaah aku lulus dipilihan kedua, Jurusan
yang aku pilih adalah jurusan Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA), USU. Padahal aku sangat ingin masuk Fakultas
Kedokteran dan menjadi dokter spesialis kandungan. Dari Sekolah Dasar dahulu, aku
sangat menyukai tontonan Discovery Channel tentang Ibu-Ibu yang ada di seluruh
dunia dalam proses melahirkan anak-anaknya, dan itu sangat berkesan sekali
menurutku. Namun, Allaah berkehendak lain. Cita-citaku menjadi dokter kandungan
belum terkabul karena aku lulus di jurusan Biologi, USU. Di tahun-tahun
berikutnya aku sebenarnya ingin mengikuti ujian seleksi Universitas kembali
tapi aku merasa sangat nyaman kuliah di Jurusan ini. Dari zaman sekolah dahulu,
aku memang sangat menyukai pelajaran Biologi. Teman-teman kuliahnya juga sangat
asyik apalagi dosen-dosen yang mengajariku. Akupun bertahan menempuh kuliah selama empat tahun di
Fakultas MIPA di jurusan Biologi ini.
Awal-awal
kuliah adalah masa yang lumayan sulit. Seperti yang aku bilang di awal, bahwa
Ayah hanya membantu dana awal masuk kuliah. Selanjutnya, itu semua terserah
kami bagaimana berusaha memperoleh dana dalam menempuh pendidikan selama
kuliah.
Alhamdulillah,
dari tingkat pertama, Aku memperoleh beasiswa pendidikan dari Univeristas
karena mempunyai IP yang cukup tinggi di Semester pertama. Selama kuliah di USU
aku harus mempertahankan IPK di atas tiga. Jika target IPK tak tercapai maka
aku harus rela untuk diberhentikan untuk mendapatkan beasiswa. Aku sangat bersyukur
karena dari semester dua sampai semester delapan bahkan sampai wisuda, aku
tidak bayar SPP sepeserpun. Karena aku masih bisa mempertahankan IPK ku di atas
tiga. Dan uang beasiswa itu sangat membantu sekali semasa kuliah.
Ayah
dan Ibu sangat senang dengan prestasiku, apalagi Ayah yang terkadang selalu
tegas dalam menyampaikan sesuatu namun sangat berkesan serta mampu membuat kita
selalu optimis dalam menjalani hidup ini. Karena kemudahan akan selalu
membersamai datangnya kesulitan.
Di
semester tiga aku sudah mulai masuk organisasi di kampusku, dari kumpulan Lembaga Dakwah sampai club-club
ilmiah yang tersedia di kampus. Walau kuliahku di jurusan yang sangat super
sibuk namun organisasiku berjalan dengan baik. Kuliahku dimulai jam delapan
pagi. Biasanya jam dua belas sampai jam satu siang sudah tidak ada perkuliahan
lagi akan tetapi kami harus tetap mempersiapkan untuk memasuki praktikum di
berbagai laboratorium di FMIPA dan selesainya sekitar jam lima, enam bahkan menjelang
maghrib, malah kami sempat praktikum sampai jam 9 malam. Kesulitan-kesulitan
selama berada di semester tiga ini cukup banyak, salah satunya dimana aku harus
mengalami sakit yang menyebabkan aku terbaring lemah dan tidak bisa melakukan
apapun selain istirahat total di atas tempat tidur, bahkan shalat saja dilakukan secara
telentang. Karena terlalu lelah, anemia ku kambuh. Aku sama sekali tidak
memberitahu Ayah dan Ibu tentang kondisiku saat itu karena bisa membuat Ayah
dan Ibu khawatir. Yang paling parah, penyakit ini begitu menggangguku selama
perkuliahan. Aku senantiasa tertidur ketika perkuliahan berlangsung. Karena
itu, ada seorang teman kuliah yang menjuluki ku sebagai sleeping beauty
(diingat-ingat lucu juga. Tapi mereka tidak paham sebenarnya aku sakit). Aku
sudah berobat ke dokter, diberi obat, obat sangat memberikan efek ngantuk. Ketika
aku sakit, ada seorang teman kos sekamar, yang begitu sabar merawat dan
memperhatikanku. Sampai aku sembuh dan kembali fit.
Selama
kuliah, Ayah mengizinkan aku untuk tinggal di kos-kosan di sekitar kampus,
namun sangat sulit menemukan murid yang benar-benar ingin belajar dan berharap
menempati kos-kosan yang baik. Alhamdulillaah aku akhirnya menemukan kos-kosan
yang kondusif dan nyaman untuk belajar. Aku merasa mempunyai keluarga baru selama
kos di rumah kontrakan kami. Ketika di semester empat aku sudah mulia bekerja
menjadi guru privat. Selesai kuliah biasanya aku langsung mengajar privat. Pertama
kali mengajar, aku pulang sampai larut malam. Aku baru sampai di rumah kos, sekitar
jam sembilan lewat tiga puluh menit. setiap malam aku melalui itu sampai
akhirnya, Papa dari orangtua murid yang aku didik menyarankan aku untuk tetap
tinggal di rumahnya setelah mengajar anaknya. Setiap pagi, aku selalu diantar
oleh supir keluarga mereka sampai ke kampus. Aku sangat terasa punya keluarga
baru lagi. Papa sang murid yang merupakan dokter kandungan sangat bersahaja dan
begitu meghormatiku sebagai guru anaknya. Banyak kisah yang aku ambil hikmahnya
dari pengalaman dokter tersebut. Dokter yang sempat menjadi dokter terbaik
nasional itu benar-benar sangat rendah hati selalu. Malah dia bercerita,
bagaimana sulitnya dahulu ketika menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran.
Dia selalu menasehati kami agar selalu bersungguh-sungguh dalam menempuh pendidikan.
Dimanapun kita kuliah dan apapun jurusannya, yang penting nantinya kita bisa
menjadi manfaat bagi orang banyak. Itulah pesannya, yang aku ingat sampai
sekarang.
Selama
aku kuliah, di tingkat tiga dan empat adalah masa-masa tersulit yang harus aku
hadapi. Antara semester lima sampai di semester delapan. Kesulitan-kesulitan
itu banyak sekali menghampiri. Alhamdulillaahnya, setiap kesulitan yanga harus
dihadapi selalu mendapatkan kemudahan dari jalan yang tak diduga-duga
sebelumnya. Semuanya atas kehendak dan Maha baiknya Allaah kepada kita semua.
Ketika
aku kuliah di semester lima aku terpilih menjadi salah satu ketua bidang kewanitaan di sebuah Lembaga Kampus.
Menjadi ketua adalah amanah yang sangat luar biasa berat, kuliah di Fakultas
yang cukup sibuk membuat aku tak pernah menyerah agar bisa menyeimbangkan
antara organisasi, pekerjaan dan prestasi akademik. Walau sulit, aku harus
yakin dan bisa. Selain menjadi ketua, aku juga terpilih menjadi salah satu
asisten di Laboratorium Mikrobiologi di kampus. Selain itu di semester lima
ini, aku juga masih mengajar privat dari rumah ke rumah dan mengajar di
bimbingan belajar yang ada di kota Medan. Semester lima benar-benar semester
yang cukup sulit. Alhamdulillaah walau sulit akan tetapi tetap bisa dihadapi
dengan baik. Nilai IPK juga masih tinggi walau kadang aku memanfaatkan jadwal
ketidakhadirian jika ada acara di organisasi, alias bolos. Bolos bukan berarti
tidak punya kepentingan. Menjadi ketua, memang pengalaman yang sangat luar
biasa. Di semester enam, kegiatanku tidak jauh di semester lima. Aku masih menjadi ketua, mengajar,
menjadi asisten laboratorium. Walau banyak sekali kesulitan yang harus dihadapi
akan tetapi semua bisa diatasi. Semester enampun berlalu dengan manis.
Di
semester tujuh dan delapan merupakan semester yang paling sulit menurutku,
karena sibuk di organisasi dakwah kampus, aku sampai lupa bahwa aku sudah berada
di semester dimana aku harus melakukan penelitian untuk tugas akhir, skripsiku.
Agenda-agenda dakwah di kampus memfokuskan pikiran aku terhadap progja-progja
yang harus dikerjakan. Membuat seminar nasional dengan mendatangkan pembicara
nasional, membuat gebyar annisa, dan acara lainnya. Program kerja tersebut
benar-benar menuntutku fokus di Lembaga Dakwah Kampus. Yang pasti, dari awal
aku sudah berkeyakinan. Siapa yang menolong agama Allaah, Allaah akan menolong
kita. Aku sangat yakin dengan janji Allaah tersebut. Hanya Allaah lah
sebaik-baiknya penolong dalam masa yang sulit dan sempit ini.
Jika
Allaah menolong kamu, maka tak
adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak
memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain)
dari Allaah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang
mukmin bertawakal. ( Q.S Ali Imran : 160)
Lelah
yang kita lakukan, yakinlah akan terbayar manis di suatu masa nanti. Kebaikan
yang kita lakukan untuk agama, maka Allaah akan memudahkan setiap urusan kita.
Terkadang kemudahan-kemudahan yang diberikan Allaah membuat kita terkesima
dengan Maha berkehandakNya. Mengajar di les privat, dan bimbingan belajar masih
aku jalani, apalagi aku masih menjadi asisten laboratorium yang harus
membimbing praktikan-praktikan yang masuk ke laboratorium kami. Waktu
istirahatpun sangat sedikit, tapi yakinlah sesuatu kebahagiaan itu harus
melalui proses berlelah-lelah dahulu, sulit dahulu baru bisa memperoleh
kemudahan-kemudahan dan buah yang manis dari kelelahan yang kita lakukan,
yakinlah! Aku benar-benar yakin dengan Janji Allaah. Janji Allaah yang selalu
benar.
Aku
menjadi salah satu mahasiswa yang telat dalam memilih judul penelitian
dibandingkan dengan teman-teman seangkatanku. Aku pun masih sibuk berkonsultasi
dan diskusi dengan dosen-dosenku tentang apa yang harus aku teliti. Akhirnya aku
tertarik untuk meneliti tentang andaliman. Salah satu bumbu masakan yang
bentuknya seperti lada, yang keberadaannya semakin sedikit. Tumbuhan ini sangat
banyak sekali manfaatnya. Namun jika aku memilih penelitian ini, pastinya aku
harus membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk penelitian. Karena tumbuhan ini
hanya diperoleh di luar kota Medan dan jaraknya lumayan jauh dari kota Medan,
walaupun sebenarnya masih di wilayah Sumatera Utara. Akupun merasa sangat
sulit. Kalau meminta dana penelitian kepada orangtua akan sangat berat untuk
membebani mereka lagi. Aku mulai bingung karena teman-teman sudah mulai
penelitian, sedangkan aku menentukan judul saja belum. Sampai akhirnya aku
membaca pengumuman di mading kampus bahwa ada beasiswa penelitian dari Taiwan,
namun syaratnya harus membuat proposal penelitian dalam Bahasa Inggris. Aku
terkesima dengan tawaran pendanaan dari pihak Taiwannya karena dana yang
diberikan berjumlah ratusan dolar Amerika. Akhirnya, aku mencoba membuat
proposal penelitianku. Selama beberapa bulan aku menunggu apakah proposalku
diterima atau tidak. Menunggu berbulan-bulan dalam ketidakpastian membuatku cukup
khawatir, apakah proposal tersebut di setujui atau tidak.
Alhamdulillaah,
saat itu tiba juga. Ketua Jurusan kami memberitahukan bahwa proposalku diterima
oleh pihak Taiwannya. Aku senang sekali saat itu. Akhirnya aku memperoleh
ratusan dollar Amerika untuk membantu penelitianku, bahkan lebih untuk biaya
penelitianku. Aku sangat-sangat bersyukur karena Allaah memudahkanku walau itu sangat
sibuk dalam dunia dakwah kampus, organisasi dan bekerja. Karena Allah
memberikan kemudahan untukku.
Aku
sangat bersyukur karena penelitanku berjalan dengan lancar dan sukses.
Pengalaman yang sangat berkesan, ketika seminarku diliput oleh crew di salah satu TV di Taiwan, walau
seminar harus menggunakan Bahasa Inggris, dan aku sebenarnya termasuk orang
yang sudah lama tak menggunakan Bahasa Inggris sehari-hari. Alhamdulillaah aku
punya dosen pembimbing yang baik hati. Dosen pembimbingku yang merupakan alumni
Jepang dan Amerika itu sangat banyak membantu sekali dalam penyelesaian
skripsiku. Allaah mengirimkan orang-orang yang baik agar skripsiku berjalan
dengan kemudahan-kemudahan. Sang Bapak dosen sangat bersemangat melatih aku
sebelum jadwal presentasi yang akan direkam untuk salah satu TV di Taiwan
itu. Bahkan beliau mau merevisi
skripsiku yang Bahasa Inggris tanpa harus di print. Aku hanya memberikan
softcopynya kepada beliau, karena begitulah yang dia inginkan agar tidak boros
kertas. Beliau juga selalu mendampingi dan membimbingku jika ada
kesulitan-kesulitan yang aku alami dalam penelitian. Selalu menemani aku di
laboratorium ketika aku harus sibuk mengidentifikasi jamur mikrosopik dari
andaliman. Terkadang aku merasa sangat bersyukur kepada Allaah, karena mengirimkan
orang-orang yang baik dalam kehidupanku selama ini.
Penelitianku
berjalan selama sepuluh bulan, akhirnya berakhir dengan lancar dan sukses.
Diakhiri dengan sidang meja hijau aku pun lulus dengan nilai yang sangat baik.
Malah, aku wisuda lebih dahulu dibandingkan teman-temanku yang lebih awal
melakukan penelitian. Alhamdulillaah, akhirnya aku wisuda dengan menjadi
mahasiswa yang berprestasi baik dan memperoleh IPK yang baik pula. Dan
cita-citaku dari awal perkuliahan, ingin membuat skripsi dalam berbahas Inggris
akhirnya terkabul dan aku termasuk orang pertama di jurusanku yang membuat
skripsi dalam Bahasa Inggris. Akan tetapi, pencapaian itu tidak lepas dari
bantuan orangtua, teman-teman dan terutama dosen pembimbing yang begitu baik
dalam merevisi setiap kata-kata di dalam skripsiku. Kesulitan yang kita
peroleh, yakinlah ia akan menjadi jalan menuju kebahagiaan. Asal kita mau Believe, Do, and Pray! Jangan takut
akan sulit, karena Allaah sudah berjanji bahwa setiap kesulitan akan selalu
bersama dengan kemudahan. Dan setiap pencapaian, kemudahan yang kita peroleh
sebenarnya adalah dari Allaah yang Maha Mulia, hadza min fadhli Rabby.
Selalulah bersabar jika harus menghadapi kesulitan, selalu bergerak dan
lakukanlah sesuatu biar tak terjebak dalam kesulitan itu. Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.
Allaah
aku percaya JanjiMu….
Ya
Allaah ajarkanlah aku bagaimana harus mencintaiMu dalam situasi apapun,
bagaimana dan dimanapun aku berada. Jika kesulitan ini harus ditempuh,
bentangkanlah jalan seluas-luasnya. Jika aku harus dihadapkan dengan hal-hal
yang membingungkan, biarkanlah kebingungan ini berakhir dengan baik dan
membahagiakan. Dan Bantulah aku untuk
melakukan apapun sesuai dengan kemampuanku. Karena setiap kesulitan yang Engkau
berikan akan selalu ada tempat sebaik-sebaiknya kembali. Aku sangat percaya itu. Mempercayai janjiMu yang
tak pernah salah. JanjiMu yang selalu benar.
“Wahai Tuhan
kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Al-Kahfi ayat 10)
Medan,
16 Nopember 2012
(
Maysarah Bakri )