Jumat, 16 November 2012

Tuhan, Aku Percaya JanjiMu


Tuhan, Aku Percaya JanjiMu


“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.  (QS 24:55)

Setiap Kelelahan Menuju Kemudahan….

Aku terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Keluargaku biasa hidup dalam kesederhanaan. Sedari kami kecil, Ayah dan Ibu selalu mengajarkan anak-anaknya untuk bekerja keras jika ingin meraih sesuatu. Ibu selalu berujar bahwa tak ada orang sukses kecuali harus mengalami kesulitan terlebih dahulu, berlelah-lelah bekerja dan mencintai setiap kesulitan dalam menjalani hidup ini. Karena setiap kesulitan yang dihadapi, pastilah Allaah selalu menyertainya dengan kemudahan. Kalimat yang aku baru tahu ada di dalam Al-Quran setelah aku sekolah di Sekolah Dasar waktu belajar Agama Islam dengan Guruku. Kalimat yang selalu tertanam dalam hati, kalimat indah  dari Al-Quran pada Surat Al Insyrah ini begitu mempengaruhi dalam setiap langkah hidupku selama ini, jika harus menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mengisi hidup, sepanjang hidup ini.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S Al Insyirah : 5-6).

Makhluk hidup diciptakan Allaah dengan kesulitannya masing-masing. Tidak hanya manusia bahkan hewan dan tumbuhanpun diciptakan Allaah harus menghadapi kesulitan, dalam setiap keberlangsungan hidupnya di alam ini. Namun, manusia adalah makhluk Allaah yang sempurna akal dan pikirannya akan sangat menarik dalam mengatasi setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Dan setiap kesulitan yang dihadapi sebenarnya adalah untuk kebaikan dirinya sendiri.

Aku sendiri, di usiaku yang seperempat abad. Sampai detik ini, masih terus menghadapi beberapa kesulitan yang harus diselesaikan dengan sabar, hati yang jernih dan tenang. Karena yakinlah setiap kesulitan yang kita hadapi bukan melulu soal air mata, rasa risau gelisah dan lelah saja yang kita dapat. Karena ternyata di balik kesulitan itu tersimpan manisnya hidup, derajat yang lebih tinggi di hadapan Allaah, insyaAllaah. Dan sesuatu kebahagiaan yang tertutup dengan kesulitan, yang tidak bisa kita raih jika kita tak menempuh jalan sulit itu. Yakinlah, kesulitan adalah hadiah dari Allaah. Kita hadapi dan libatkan Allaah untuk kita mampu menghadapi kesulitan itu. Kemudahan juga tak semudah itu kita raih. Kemudahan tak mungkin didapat dengan orang yang diam, yang tak berusaha melakukan apapun.

Beberapa kesulitan yang mesti aku hadapi pun bermacam jenisnya. Namun, kisah kesulitan-kesulitan yang masih lekat di diri ini, yakni ketika masih menempuh kuliah di Universitas Sumatera Utara. Beberapa kesulitan sudah aku hadapi ketika harus memasuki seleksi ujian masuk universitas. Pada zamanku, SPMB namanya. Ayah langsung mewanti-wanti, jika kami ingin kuliah harus dengan usaha sendiri dan wajib harus di universitas negeri. Ayah hanya membantu uang masuk kuliah saja ketika aku sudah berhasil lulus mengikuti ujian universitas, selanjutnya Ayah  akan menyerahkan sepenuhnya kepadaku bagaimana memperoleh biaya selama kuliah, membayar SPP terutama. Padahal Ayah dan Ibu termasuk orangtua yang berkategori mampu untuk membiayai kami namun Ayah selalu tegas dengan prinsipnya. Alhasil, kalimatnya itu sangat memotivasi diri ini agar dapat melakukan yang sesuai kehendaknya. Berusaha membayar SPP sendiri, mandiri untuk membiyai kuliah sendiri dan kehidupan sehari-hari selama kuliah. Tantangan yang benar-benar tantangan. Awalnya aku sempat mengungkapkan alasan mengapa Ayah begitu. Namun, ayah selalu meyakinkan bahwa aku bisa melakukannya.

Ujian masuk universitas begitu penuh dengan saingan. Bayangkan saja, untuk mendapatkan sebuah kursi di Perguruan Tinggi harus berkompetisi dengan ratusan ribu orang calon mahasiswa. Dan ini merupakan salah satu kesulitan awal yang harus kuhadapi untuk mencapai target satu kursi di salah satu universitas negeri favorit di Medan. Ibu tidak mengizinkan aku jika kuliah di luar kota Medan. Karena ia tidak mau jauh denganku. Padahal aku sangat ingin kuliah di Universitas Indonesia. Dalam menghadapi ini juga dilema menggelayuti. Antara mengikuti kata Ibu untuk kuliah di Medan saja atau mengikuti hatiku yang ingin kuliah di Universitas Indonesia. Ini keputusan berat, antara mengejar impian dan patuh pada Ibu. Dan akhirnya, aku turuti apa kehendak Ibu. Ridhanya Ibu adalah ridhanya Allaah. Aku yakin Allaah senantiasa membersamaiku.

“Janganlah engkau menjadi ragu akan janji Allaah ketika janji tersebut tertunda atau bahkan tidak terwujud, sekalipun telah ditentukan waktunya, agar tiadalah terjadi dengan demikian itu pengurangan basihrohmu (penglihatan mata hati) dan pemadaman cahaya sariroh (rahasia batin)” (Al-Hikam bagian 7)”.

***

Akhirnya aku memutuskan untuk membuat pilihan di Universitas yang masih di wilayah Medan, sesuai yang dikehendaki Ibu. Alhamdulillaah aku lulus dipilihan kedua, Jurusan yang aku pilih adalah jurusan Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), USU. Padahal aku sangat ingin masuk Fakultas Kedokteran dan menjadi dokter spesialis kandungan. Dari Sekolah Dasar dahulu, aku sangat menyukai tontonan Discovery Channel tentang Ibu-Ibu yang ada di seluruh dunia dalam proses melahirkan anak-anaknya, dan itu sangat berkesan sekali menurutku. Namun, Allaah berkehendak lain. Cita-citaku menjadi dokter kandungan belum terkabul karena aku lulus di jurusan Biologi, USU. Di tahun-tahun berikutnya aku sebenarnya ingin mengikuti ujian seleksi Universitas kembali tapi aku merasa sangat nyaman kuliah di Jurusan ini. Dari zaman sekolah dahulu, aku memang sangat menyukai pelajaran Biologi. Teman-teman kuliahnya juga sangat asyik apalagi dosen-dosen yang mengajariku. Akupun bertahan  menempuh kuliah selama empat tahun di Fakultas  MIPA di jurusan Biologi ini.

Awal-awal kuliah adalah masa yang lumayan sulit. Seperti yang aku bilang di awal, bahwa Ayah hanya membantu dana awal masuk kuliah. Selanjutnya, itu semua terserah kami bagaimana berusaha memperoleh dana dalam menempuh pendidikan selama kuliah.

Alhamdulillah, dari tingkat pertama, Aku memperoleh beasiswa pendidikan dari Univeristas karena mempunyai IP yang cukup tinggi di Semester pertama. Selama kuliah di USU aku harus mempertahankan IPK di atas tiga. Jika target IPK tak tercapai maka aku harus rela untuk diberhentikan untuk mendapatkan beasiswa. Aku sangat bersyukur karena dari semester dua sampai semester delapan bahkan sampai wisuda, aku tidak bayar SPP sepeserpun. Karena aku masih bisa mempertahankan IPK ku di atas tiga. Dan uang beasiswa itu sangat membantu sekali semasa kuliah.

Ayah dan Ibu sangat senang dengan prestasiku, apalagi Ayah yang terkadang selalu tegas dalam menyampaikan sesuatu namun sangat berkesan serta mampu membuat kita selalu optimis dalam menjalani hidup ini. Karena kemudahan akan selalu membersamai datangnya kesulitan.

Di semester tiga aku sudah mulai masuk organisasi di kampusku,  dari kumpulan Lembaga Dakwah sampai club-club ilmiah yang tersedia di kampus. Walau kuliahku di jurusan yang sangat super sibuk namun organisasiku berjalan dengan baik. Kuliahku dimulai jam delapan pagi. Biasanya jam dua belas sampai jam satu siang sudah tidak ada perkuliahan lagi akan tetapi kami harus tetap mempersiapkan untuk memasuki praktikum di berbagai laboratorium di FMIPA dan selesainya  sekitar jam lima, enam bahkan menjelang maghrib, malah kami sempat praktikum sampai jam 9 malam. Kesulitan-kesulitan selama berada di semester tiga ini cukup banyak, salah satunya dimana aku harus mengalami sakit yang menyebabkan aku terbaring lemah dan tidak bisa melakukan apapun selain istirahat total di atas tempat tidur,  bahkan shalat saja dilakukan secara telentang. Karena terlalu lelah, anemia ku kambuh. Aku sama sekali tidak memberitahu Ayah dan Ibu tentang kondisiku saat itu karena bisa membuat Ayah dan Ibu khawatir. Yang paling parah, penyakit ini begitu menggangguku selama perkuliahan. Aku senantiasa tertidur ketika perkuliahan berlangsung. Karena itu, ada seorang teman kuliah yang menjuluki ku sebagai sleeping beauty (diingat-ingat lucu juga. Tapi mereka tidak paham sebenarnya aku sakit). Aku sudah berobat ke dokter, diberi obat, obat sangat memberikan efek ngantuk. Ketika aku sakit, ada seorang teman kos sekamar, yang begitu sabar merawat dan memperhatikanku. Sampai aku sembuh dan kembali fit.

Selama kuliah, Ayah mengizinkan aku untuk tinggal di kos-kosan di sekitar kampus, namun sangat sulit menemukan murid yang benar-benar ingin belajar dan berharap menempati kos-kosan yang baik. Alhamdulillaah aku akhirnya menemukan kos-kosan yang kondusif dan nyaman untuk belajar. Aku merasa mempunyai keluarga baru selama kos di rumah kontrakan kami. Ketika di semester empat aku sudah mulia bekerja menjadi guru privat. Selesai kuliah biasanya aku langsung mengajar privat. Pertama kali mengajar, aku pulang sampai larut malam. Aku baru sampai di rumah kos, sekitar jam sembilan lewat tiga puluh menit. setiap malam aku melalui itu sampai akhirnya, Papa dari orangtua murid yang aku didik menyarankan aku untuk tetap tinggal di rumahnya setelah mengajar anaknya. Setiap pagi, aku selalu diantar oleh supir keluarga mereka sampai ke kampus. Aku sangat terasa punya keluarga baru lagi. Papa sang murid yang merupakan dokter kandungan sangat bersahaja dan begitu meghormatiku sebagai guru anaknya. Banyak kisah yang aku ambil hikmahnya dari pengalaman dokter tersebut. Dokter yang sempat menjadi dokter terbaik nasional itu benar-benar sangat rendah hati selalu. Malah dia bercerita, bagaimana sulitnya dahulu ketika menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran. Dia selalu menasehati kami agar selalu bersungguh-sungguh dalam menempuh pendidikan. Dimanapun kita kuliah dan apapun jurusannya, yang penting nantinya kita bisa menjadi manfaat bagi orang banyak. Itulah pesannya, yang aku ingat sampai sekarang.

Selama aku kuliah, di tingkat tiga dan empat adalah masa-masa tersulit yang harus aku hadapi. Antara semester lima sampai di semester delapan. Kesulitan-kesulitan itu banyak sekali menghampiri. Alhamdulillaahnya, setiap kesulitan yanga harus dihadapi selalu mendapatkan kemudahan dari jalan yang tak diduga-duga sebelumnya. Semuanya atas kehendak dan Maha baiknya Allaah kepada kita semua.

Ketika aku kuliah di semester lima aku terpilih menjadi salah satu ketua  bidang kewanitaan di sebuah Lembaga Kampus. Menjadi ketua adalah amanah yang sangat luar biasa berat, kuliah di Fakultas yang cukup sibuk membuat aku tak pernah menyerah agar bisa menyeimbangkan antara organisasi, pekerjaan dan prestasi akademik. Walau sulit, aku harus yakin dan bisa. Selain menjadi ketua, aku juga terpilih menjadi salah satu asisten di Laboratorium Mikrobiologi di kampus. Selain itu di semester lima ini, aku juga masih mengajar privat dari rumah ke rumah dan mengajar di bimbingan belajar yang ada di kota Medan. Semester lima benar-benar semester yang cukup sulit. Alhamdulillaah walau sulit akan tetapi tetap bisa dihadapi dengan baik. Nilai IPK juga masih tinggi walau kadang aku memanfaatkan jadwal ketidakhadirian jika ada acara di organisasi, alias bolos. Bolos bukan berarti tidak punya kepentingan. Menjadi ketua, memang pengalaman yang sangat luar biasa. Di semester enam, kegiatanku tidak jauh di semester  lima. Aku masih menjadi ketua, mengajar, menjadi asisten laboratorium. Walau banyak sekali kesulitan yang harus dihadapi akan tetapi semua bisa diatasi. Semester enampun berlalu dengan manis.

Di semester tujuh dan delapan merupakan semester yang paling sulit menurutku, karena sibuk di organisasi dakwah kampus, aku sampai lupa bahwa aku sudah berada di semester dimana aku harus melakukan penelitian untuk tugas akhir, skripsiku. Agenda-agenda dakwah di kampus memfokuskan pikiran aku terhadap progja-progja yang harus dikerjakan. Membuat seminar nasional dengan mendatangkan pembicara nasional, membuat gebyar annisa, dan acara lainnya. Program kerja tersebut benar-benar menuntutku fokus di Lembaga Dakwah Kampus. Yang pasti, dari awal aku sudah berkeyakinan. Siapa yang menolong agama Allaah, Allaah akan menolong kita. Aku sangat yakin dengan janji Allaah tersebut. Hanya Allaah lah sebaik-baiknya penolong dalam masa yang sulit dan sempit ini.

Jika Allaah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allaah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal. ( Q.S Ali Imran : 160)

Lelah yang kita lakukan, yakinlah akan terbayar manis di suatu masa nanti. Kebaikan yang kita lakukan untuk agama, maka Allaah akan memudahkan setiap urusan kita. Terkadang kemudahan-kemudahan yang diberikan Allaah membuat kita terkesima dengan Maha berkehandakNya. Mengajar di les privat, dan bimbingan belajar masih aku jalani, apalagi aku masih menjadi asisten laboratorium yang harus membimbing praktikan-praktikan yang masuk ke laboratorium kami. Waktu istirahatpun sangat sedikit, tapi yakinlah sesuatu kebahagiaan itu harus melalui proses berlelah-lelah dahulu, sulit dahulu baru bisa memperoleh kemudahan-kemudahan dan buah yang manis dari kelelahan yang kita lakukan, yakinlah! Aku benar-benar yakin dengan Janji Allaah. Janji Allaah yang selalu benar.

Aku menjadi salah satu mahasiswa yang telat dalam memilih judul penelitian dibandingkan dengan teman-teman seangkatanku. Aku pun masih sibuk berkonsultasi dan diskusi dengan dosen-dosenku tentang apa yang harus aku teliti. Akhirnya aku tertarik untuk meneliti tentang andaliman. Salah satu bumbu masakan yang bentuknya seperti lada, yang keberadaannya semakin sedikit. Tumbuhan ini sangat banyak sekali manfaatnya. Namun jika aku memilih penelitian ini, pastinya aku harus membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk penelitian. Karena tumbuhan ini hanya diperoleh di luar kota Medan dan jaraknya lumayan jauh dari kota Medan, walaupun sebenarnya masih di wilayah Sumatera Utara. Akupun merasa sangat sulit. Kalau meminta dana penelitian kepada orangtua akan sangat berat untuk membebani mereka lagi. Aku mulai bingung karena teman-teman sudah mulai penelitian, sedangkan aku menentukan judul saja belum. Sampai akhirnya aku membaca pengumuman di mading kampus bahwa ada beasiswa penelitian dari Taiwan, namun syaratnya harus membuat proposal penelitian dalam Bahasa Inggris. Aku terkesima dengan tawaran pendanaan dari pihak Taiwannya karena dana yang diberikan berjumlah ratusan dolar Amerika. Akhirnya, aku mencoba membuat proposal penelitianku. Selama beberapa bulan aku menunggu apakah proposalku diterima atau tidak. Menunggu berbulan-bulan dalam ketidakpastian membuatku cukup khawatir, apakah proposal tersebut di setujui atau tidak.

Alhamdulillaah, saat itu tiba juga. Ketua Jurusan kami memberitahukan bahwa proposalku diterima oleh pihak Taiwannya. Aku senang sekali saat itu. Akhirnya aku memperoleh ratusan dollar Amerika untuk membantu penelitianku, bahkan lebih untuk biaya penelitianku. Aku sangat-sangat bersyukur karena Allaah memudahkanku walau itu sangat sibuk dalam dunia dakwah kampus, organisasi dan bekerja. Karena Allah memberikan kemudahan untukku.

Aku sangat bersyukur karena penelitanku berjalan dengan lancar dan sukses. Pengalaman yang sangat berkesan, ketika seminarku diliput oleh  crew di salah satu TV di Taiwan, walau seminar harus menggunakan Bahasa Inggris, dan aku sebenarnya termasuk orang yang sudah lama tak menggunakan Bahasa Inggris sehari-hari. Alhamdulillaah aku punya dosen pembimbing yang baik hati. Dosen pembimbingku yang merupakan alumni Jepang dan Amerika itu sangat banyak membantu sekali dalam penyelesaian skripsiku. Allaah mengirimkan orang-orang yang baik agar skripsiku berjalan dengan kemudahan-kemudahan. Sang Bapak dosen sangat bersemangat melatih aku sebelum jadwal presentasi yang akan direkam untuk salah satu TV di Taiwan itu.  Bahkan beliau mau merevisi skripsiku yang Bahasa Inggris tanpa harus di print. Aku hanya memberikan softcopynya kepada beliau, karena begitulah yang dia inginkan agar tidak boros kertas. Beliau juga selalu mendampingi dan membimbingku jika ada kesulitan-kesulitan yang aku alami dalam penelitian. Selalu menemani aku di laboratorium ketika aku harus sibuk mengidentifikasi jamur mikrosopik dari andaliman. Terkadang aku merasa sangat bersyukur kepada Allaah, karena mengirimkan orang-orang yang baik dalam kehidupanku selama ini.

Penelitianku berjalan selama sepuluh bulan, akhirnya berakhir dengan lancar dan sukses. Diakhiri dengan sidang meja hijau aku pun lulus dengan nilai yang sangat baik. Malah, aku wisuda lebih dahulu dibandingkan teman-temanku yang lebih awal melakukan penelitian. Alhamdulillaah, akhirnya aku wisuda dengan menjadi mahasiswa yang berprestasi baik dan memperoleh IPK yang baik pula. Dan cita-citaku dari awal perkuliahan, ingin membuat skripsi dalam berbahas Inggris akhirnya terkabul dan aku termasuk orang pertama di jurusanku yang membuat skripsi dalam Bahasa Inggris. Akan tetapi, pencapaian itu tidak lepas dari bantuan orangtua, teman-teman dan terutama dosen pembimbing yang begitu baik dalam merevisi setiap kata-kata di dalam skripsiku. Kesulitan yang kita peroleh, yakinlah ia akan menjadi jalan menuju kebahagiaan. Asal kita mau Believe, Do, and Pray! Jangan takut akan sulit, karena Allaah sudah berjanji bahwa setiap kesulitan akan selalu bersama dengan kemudahan. Dan setiap pencapaian, kemudahan yang kita peroleh sebenarnya adalah dari Allaah yang Maha Mulia, hadza min fadhli Rabby. Selalulah bersabar jika harus menghadapi kesulitan, selalu bergerak dan lakukanlah sesuatu biar tak terjebak dalam kesulitan itu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Allaah aku percaya JanjiMu….

Ya Allaah ajarkanlah aku bagaimana harus mencintaiMu dalam situasi apapun, bagaimana dan dimanapun aku berada. Jika kesulitan ini harus ditempuh, bentangkanlah jalan seluas-luasnya. Jika aku harus dihadapkan dengan hal-hal yang membingungkan, biarkanlah kebingungan ini berakhir dengan baik dan membahagiakan.  Dan Bantulah aku untuk melakukan apapun sesuai dengan kemampuanku. Karena setiap kesulitan yang Engkau berikan akan selalu ada tempat sebaik-sebaiknya kembali. Aku  sangat percaya itu. Mempercayai janjiMu yang tak pernah salah. JanjiMu yang selalu benar.

“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Al-Kahfi ayat 10)




                                                                                                Medan, 16 Nopember 2012
                                                                                                     ( Maysarah Bakri )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar