Setiap Kelelahan
Menuju Kemudahan
Aku
terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Keluargaku yang biasa hidup
dalam kesederhanaan. Sedari kami kecil, Ayah dan Ibu selalu mengajarkan
anak-anaknya untuk bekerja keras jika ingin meraih sesuatu. Ibu selalu berujar
bahwa tak ada orang sukses kecuali harus mengalami kesulitan terlebih dahulu,
berlelah-lelah bekerja dan mencintai setiap kesulitan dalam menjalani hidup
ini. Karena setiap kesulitan yang dihadapi, pastilah Allaah selalu menyertainya
dengan kemudahan. Kalimat yang aku baru tahu ada di dalam Al-Quran setelah aku
sekolah di Sekolah Dasar waktu belajar Agama Islam dengan Guruku. Kalimat yang
selalu tertanam dalam hati, kalimat indah dari Al-Quran pada Surat Alam Nasyrah ini
begitu mempengaruhi dalam setiap langkah hidupku selama ini, jika harus
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam mengisi hidup ini.
Makhluk
hidup diciptakan Allaah dengan kesulitannya masing-masing. Tidak hanya manusia
bahkan hewan dan tumbuhanpun diciptakan Allaah harus menghadapi kesulitan,
dalam setiap keberlangsungan hidupnya di alam ini. Namun, manusia adalah
makhluk Allaah yang sempurna akal dan pikirannya akan sangat menarik dalam mengatasi
setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Dan setiap kesulitan yang dihadapi
sebenarnya adalah untuk kebaikan dirinya sendiri.
Aku
sendiri, di usiaku yang ke dua puluh lima tahun ini, sampai detik ini masih
juga dihadapi beberapa kesulitan yang harus dihadapi dengan sabar, hati yang
jernih dan tenang. Karena yakinlah setiap kesulitan yang kita hadapi bukan
melulu soal air mata, rasa risau gelisah dan lelah saja yang kita dapat. Karena
ternyata dibalik kesulitan itu tersimpan manisnya hidup, derajat yang lebih
tinggi dihadapan Allaah, insyaAllaah. Dan sesuatu kebahagiaan yang tertutup
dengan kesulitan, yang tidak bisa kita raih jika kita tak menempuh jalan sulit
itu. Yakinlah, kesulitan adalah hadiah dari Allaah. Kita hadapi dan libatkan
Allaah untuk kita mampu menghadapi kesulitan itu. Kemudahan juga tak semudah
itu kita raih. Kemudahan tak mungkin didapat dengan orang yang diam, yang tak berusaha
melakukan apapun.
Beberapa
kesulitan yang mesti aku hadapi pun bermacam jenisnya. Namun, kisah
kesulitan-kesulitan yang masih lekat di diri ini, yakni ketika masih menempuh
kuliah di Universitas Sumatera Utara. Beberapa kesulitan sudah aku hadapi
ketika harus memasuki seleksi ijian masuk universitas. Ayah langsung
mewanti-wanti, jika kami ingin kuliah harus dengan usaha sendiri dan wajib
harus di universitas negeri. Ayah hanya membantu uang masuk kuliah saja ketika
aku sudah berhasil lulus mengikuti ujian universitas, selanjutnya Ayah akan menyerahkan sepenuhnya kepadaku bagaimana
memperoleh biaya selama kuliah, membayar SPP terutama. Padahal Ayah dan Ibu
termasuk orangtua yang berkategori mampu untuk membiayai kami namun Ayah selalu
tegas dengan prinsipnya. Alhasil, kalimatnya itu sangat memotivasi diri ini
agar dapat melakukan yang sesuai kehendaknya. Berusaha membayar SPP sendiri, mandiri
untuk membiyai kuliah sendiri dan kehidupan sehari-harinya. Tantangan yang
benar-benar tantangan. Awalnya aku sempat mengungkapkan alasan mengapa Ayah
begitu. Namun, ayah selalu meyakinkan bahwa aku bisa melakukannya.
Ujian
masuk universitas begitu penuh dengan saingan. Bayangkan saja, untuk
mendapatkan sebuah kursi di Perguruan Tinggi harus berkompetisi dengan ratusan
ribu orang calon mahasiswa. Dan ini merupakan salah satu kesulitan awal yang
harus kuhadapi untuk mencapai target satu kursi di salah satu universitas negeri
yang favorit di Medan. Ibu tidak mengizinkan aku jika kuliah di luar kota
Medan. Karena ia tidak mau jauh denganku. Padahal aku sangat ingin kuliah di
Universitas Indonesia. Dalam menghadapi ini juga dilema menggelayuti. Antara
mengikuti kata Ibu untuk kuliah di Medan saja atau mengikuti hatiku yang ingin
kuliah di Universita Indonesia. Ini keputusan berat, antara mengejar impian dan
patuh pada Ibu. Dan akhirnya, aku turuti apa kehendak Ibu. Ridhanya Ibu adalah
ridhanya Allaah.
Akhirnya
aku memutuskan untuk membuat pilihan di Universitas yang masih di wilayah Medan,
sesuai yang dikehendaki Ibu. Alhamdulillaah aku lulus dipilihan kedua, Jurusan
yang aku pilih adalah jurusan Biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA). Padahal aku sangat ingin masuk Fakultas Kedokteran
dan menjadi dokter spesialis kandungan. Dari Sekolah Dasar dahulu aku sangat
menyukai tontonan Discovery Channel tentang Ibu-Ibu yang ada di seluruh dunia
dalam proses melahirkan anak-anaknya, dan itu sangat berkesan sekali menurutku.
Namun, Allaah berkehendak lain. Cita-citaku menjadi dokter kandungan belum
terkabul karena aku lulus di Biologi. Di tahun-tahun berikutnya aku sebenarnya
ingin mengikuti ujian seleksi Universitas kembali tapi aku merasa sangat nyaman
kuliah di Jurusan ini. Dari zaman sekolah dahulu, aku memang sangat menyukai
pelajaran Biologi. Teman-teman kuliahnya juga sangat asyik apalagi dosen-dosen
yang mengajariku. Akupun bertahan
menempuh kuliah selama empat tahun di Fakultas ini.
Awal-awal
kuliah adalah masa yang lumayan sulit. Seperti yang aku bilang di awal, bahwa
Ayah hanya membantu dana awal masuk kuliah. Selanjutnya, itu semua terserah
kami bagaimana berusaha memperoleh dana dalam menempuh pendidikan selama
kuliah.
Alhamdulillah,
dari tingkat pertama, Aku memperoleh beasiswa pendidikan dari Univeristas
karena mempunyai IP yang cukup tinggi di Semester pertama. Selama kuliah di USU
aku harus mempertahankan IPK di atas tiga. Jika target IPK tak tercapai maka
aku harus rela untuk diberhentikan untuk mendapatkan beasiswa. Aku sangat
bersyukur karena dari semester dua sampai semester delapan bahkan sampai
wisuda, aku tidak bayar SPP sepeserpun. Karena aku masih bisa mempertahankan
IPK ku di atas tiga.
Ayah
dan Ibu sangat senang dengan prestasiku, apalagi Ayah yang terkadang selalu
tegas dalam menyampaikan sesuatu namun sangat berkesan serta mampu membuat kita
selalu optimis dalam menjalani hidup ini. Karena kemudahan akan selalu
membersamai datangnya kesulitan.
Di
semester tiga aku sudah mulai masuk organisasi di kampusku, dari kumpulan Lembaga Dakwah sampai club-club
ilmiah yang tersedia di kampus. Walau kuliahku di jurusan yang sangat super
sibuk namun organisasiku berjalan dengan baik. Kuliahku dimulai jam delapan
pagi. Biasanya jam dua belas sampai jam satu siang sudah tidak ada perkuliahan
lagi akan tetapi kami harus tetap mempersiapkan untuk memasuki praktikum di
berbagai laboratorium di FMIPA dan selesainya sekitar jam lima sore. Kesulitan-kesulitan
selama berada di semester tiga ini cukup banyak, salah satunya dimana aku harus
mengalami sakit yang menyebabkan aku terbaring lemah dan tidak bisa melakukan
apapun selain istirahat total di atas tempat tidur, bahkan shalat saja dilakukan secara telentang.
Aku sama sekali tidak memberitahu Ayah dan Ibu tentang kondisiku saat itu karena
bisa membuat Ayah dan Ibu khawatir. Ketika aku sakit, ada seorang teman kos
sekamar, yang begitu sabar merawatku. Sampai aku sembuh dan kembali fit.
Selama
kuliah, Ayah mengizinkan aku untuk tinggal di kos-kosan di sekitar kampus,
namun sangat sulit menemukan murid yang benar-benar ingin belajar dan berharap
menempati kos-kosan yang baik. Alhamdulillaah aku akhirnya menemukan kos-kosan
yang kondusif dan nyaman untuk belajar. Aku merasa mempunyai keluarga baru
selama kos di rumah kontrakan kami. Ketika di semester empat aku sudah mulia
bekerja menjadi guru privat. Selesai kuliah biasanya aku langsung mengajar
privat, untuk pertama kali mengajar , aku pulang sampai larut malam. Sekitar jam
sembilan lewat tigapuluh menit, aku baru sampai di rumah kos, setiap malam aku
melalui itu sampai akhirnya, Papa dari orangtua murid yang aku ajar menyarankan
aku untuk tetap tinggal di rumahnya setelah mengajar anaknya. Setiap pagi, aku
selalu diantar oleh supir keluarga mereka sampai ke kampus. Aku sangat terasa
punya keluarga baru lagi. Papa sang murid yang merupakan dokter kandungan
sangat bersahaja dan begitu meghormatiku sebagai guru anaknya. Banyak kisah
yang aku ambil hikmahnya dari pengalaman dokter tersebut. Dokter yang sempat
menjadi dokter terbaik nasional itu benar-benar sangat rendah hati selalu.
Malah dia bercerita, bagaimana sulitnya dahulu ketika menempuh pendidikan di
Fakultas Kedokteran. Dia selalu menasehati kami agar selalu bersungguh-sungguh
dalam menempuh pendidikan. Dimanapun kita kuliah dan apapun jurusannya, yang
penting nantinya kita bisa menjadi manfaat bagi orang banyak. Itulah pesannya,
yang aku ingat sampai sekarang.
Selama
aku kuliah, di tingkat tiga dan empat adalah masa-masa tersulit yang harus aku
hadapi. Antara semester lima sampai di semester delapan. Kesulitan-kesulitan
itu banyak sekali menghampiri. Alhamdulillaahnya, setiap kesulitan yanga harus
dihadapi selalu mendapatkan kemudahan dari jalan yang tak diduga-duga
sebelumnya. Semuanya atas kehendak dan Maha baiknya Allaah kepada kita semua.
Ketika
aku kuliah di semester lima aku terpilih menjadi salah satu ketua di bidang
kewanitaan di sebuah Lembaga Kampus. Menjadi ketua adalah amanah yang sangat
luar biasa berat, kuliah di Fakultas yang cukup sibuk membuat aku tak pernah
menyerah agar bisa menyeimbangkan antara organisasi, pekerjaan dan prestasi akademik.
Walau sulit, aku harus yakin dan bisa. Selain menjadi ketua, aku juga terpilih
menjadi salah satu asisten di Laboratorium Mikrobiologi di kampus. Selain itu
di semester lima ini, aku juga masih mengajar privat dari rumah ke rumah dan
mengajar di bimbingan belajar yang ada di kota Medan. Semester lima benar-benar
semester yang cukup sulit. Alhamdulillaah walau sulit akan tetapi tetap bisa
dihadapi dengan baik. Nilai IPK juga masih tinggi walau kadang aku memanfaatkan
jadwal ketidakhadirian jika ada acara di organisasi alias bolos. Bolos bukan
berarti tidak punya kepentingan. Menjadi ketua, memang pengalaman yang sangat
luar biasa. Di semester enam, kegiatanku tidak jauh di semester lima. Aku masih menjadi ketua, mengajar,
menjadi asisten laboratorium. Walau banyak sekali kesulitan yang harus dihadapi
akan tetapi semua bisa diatasi. Semester enampun berlalu dengan manis.
Di
semester tujuh dan delapan merupakan semester yang paling sulit menurutku,
karena sibuk di organisasi dakwah kampus, aku sampai lupa bahwa aku sudah berada
di semester dimana aku harus melakukan penelitian untuk tugas akhir, skripsiku.
Agenda-agenda dakwah di kampus memfokuskan pikiran aku terhadap progja-progja
yang harus dikerjakan. Membuat seminar nasional dengan mendatangkan pembicara
nasional, membuat gebyar annisa, dan acara lainnya. Program kerja tersebut
benar-benar menuntutku fokus di Lembaga Dakwah Kampus. Yang pasti, dari awal
aku sudah berkeyakinan. Siapa yang menolong agama Allaah, Allaah akan menolong
kita. Lelah yang kita lakukan, yakinlah akan terbayar manis di suatu masa
nanti. Kebaikan yang kita lakukan untuk agama, maka Allaah akan memudahkan
setiap urusan kita. Terkadang kemudahan-kemudahan yang diberikan Allaah membuat
kita terkesima dengan Maha berkehandakNya. Mengajar di les privat, bimbingan
belajar masih aku jalani, apalagi aku masih menjadi asisten laboratorium yang harus
membimbing praktikan-praktikan yang masuk ke laboratorium kami. Waktu
istirahatpun sangat sedikit, tapi yakinlah sesuatu kebahagiaan itu harus
melalui proses berlelah-lelah dahulu, sulit dahulu baru bisa memperoleh
kemudahan-kemudahan dan buah yang manis dari kelelahan yang kita lakukan,
yakinlah!
Aku
menjadi salah satu mahasiswa yang telat dalam memilih judul penelitian
dibandingkan dengan teman-teman seangkatanku. Aku pun masih sibuk berkonsultasi
dan diskusi dengan dosen-dosenku tentang apa yang harus aku teliti. Akhirnya
aku tertarik untuk meneliti tentang andaliman. Salah satu bumbu masakan yang bentuknya
seperti lada, keberadaannya semakin sedikit. Tumbuhan ini sangat banyak sekali
manfaatnya. Namun jika aku memilih penelitian ini, pastinya aku harus
membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk penelitian. Karena tumbuhan ini hanya
diperoleh di luar kota Medan dan jaraknya lumayan jauh dari kota Medan,
walaupun sebenarnya masih di wilayah Sumatera Utara. Akupun merasa sangat
sulit. Kalau meminta dana penelitian kepada orangtua akan sangat berat untuk
membebani mereka lagi. Aku mulai bingung karena teman-teman sudah mulai
penelitian, sedangkan aku menentukan judul saja belum. Sampai akhirnya aku
membaca pengumuman di mading kampus bahwa ada beasiswa penelitian dari Taiwan,
namun syaratnya harus membuat proposal penelitian dalam Bahasa Inggris. Aku
terkesima dengan tawaran pendanaan dari pihak Taiwannya karena dana yang
diberikan berjumlah ratusan dolar Amerika. Akhirnya, aku mencoba membuat
proposal penelitianku. Selama beberapa bulan aku menunggu apakah proposalku
diterima atau tidak. Menunggu berbulan-bulan dalam ketidakpastian membuatku cukup
khawatir, apakah proposal tersebut di setujui.
Alhamdulillaah,
saat itu tiba juga. Ketua Jurusan kami memberitahukan bahwa proposalku diterima
oleh pihak Taiwannya. Aku senang sekali saat itu. Akhirnya aku memperoleh
ratusan dollar Amerika untuk membantu penelitianku, bahkan lebih untuk biaya
penelitianku. Aku sangat-sangat bersyukur karena Allaah memudahkanku walau itu
sangat sibuk dalam dunia dakwah kampus, organisasi dan bekerja. Karena Allah
memberikan kemudahan untukku.
Aku
sangat bersyukur karena penelitanku berjalan dengan lancar dan sukses.
Pengalaman yang sangat berkesan, ketika seminarku diliput oleh crew di salah satu TV di Taiwan, walau
seminar harus menggunakan Bahasa Inggris, dan aku sebenarnya termasuk orang
yang sudah lama tak menggunakan Bahasa Inggris sehari-hari. Alhamdulillaah aku
punya dosen pembimbing yang baik hati. Dosen pembimbingku yang merupakan alumni
Jepang dan Amerika itu sangat banyak membantu sekali dalam penyelesaian
skripsiku. Allaah mengirimkan orang-orang yang baik agar skripsiku berjalan
dengan kemudahan-kemudahan. Sang Bapak dosen sangat bersemangat melatih aku
sebelum jadwal presentasi yang akan direkam untuk salah satu TV di Taiwan itu. Bahkan beliau mau merevisi skripsiku yang
Bahasa Inggris tanpa harus di print. Aku hanya memberikan softcopynya kepada
beliau, karena begitulah yang dia inginkan agar tidak boros kertas. Beliau juga
selalu mendampingi dan membimbingku jika ada kesulitan-kesulitan yang aku alami
dalam penelitian.
Penelitianku
berjalan selama sepuluh bulan akhirnya berakhir dengan lancar dan sukses. Diakhiri
dengan sidang meja hijau aku pun lulus dengan nilai yang sangat baik. Malah,
aku wisuda lebih dahulu dibandingkan teman-temanku yang lebih awal melakukan
penelitian. Alhamdulillaah akhirnya aku wisuda dengan menjadi mahasiswa yang
berprestasi dan memperoleh IPK yang baik. Dan cita-citaku dari awal
perkuliahan, ingin membuat skripsi dalam berbahas Inggris akhirnya terkabul dan
aku termasuk orang pertama di jurusanku yang membuat skripsi dalam Bahasa
Inggris. Akan tetapi, pencapaian itu tidak lepas dari bantuan orangtua,
teman-teman dan terutama dosen pembimbing yang begitu baik dalam merevisi setiap
kata-kata di dalam skripsiku. Kesulitan yang kita peroleh, yakinlah ia akan
menjadi jalan menuju kebahagiaan. Asal kita mau Believe, Do, and Pray! Jangan takut akan sulit, karena Allaah sudah
berjanji bahwa setiap kesulitan akan selalu bersama dengan kemudahan. Dan
setiap pencapaian, kemudahan yang kita peroleh sebenarnya adalah dari Allaah
yang Maha Mulia, hadza min fadhli Rabby. Selalulah bersabar jika harus
menghadapi kesulitan, selalu bergerak dan lakukanlah sesuatu biar tak terjebak
dalam kesulitan itu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Medan,
30 Juli 2012
( Maysarah Bakri )
perjalanan hidupnya inspiratif mba...saya juga suka kalimat di header blog ini : Jarak antara permasalahan dengan solusinya sejarak antara kening dengan sajadah -Sarah. salam kenal, saling follow yuk
BalasHapusSama-sama..salam kenal juga mbak dya :) Hayukkk hehe
Hapus