Rabu, 20 November 2013

Merantau

Seberapa jauh kita melangkah. Seberapa banyak orang kita temui. Seberapa membuncah perasaan kita rasakan. Namun akhirnya kita akan memilih kembali ke rumah. Karena hakikatnya, rumahlah tempat jiwa kita rebah.

حدثنا عبد الله بن مسلمة حدثنا مالك عن سمي عن أبي صالح عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال السفر قطعة من العذاب يمنع أحدكم طعامه وشرابه ونومه فإذا قضى نهمته فليعجل إلى أهله

Imam Ibn Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari berkata tentang hadits ini : "dalam hadits ini mengandung hukum makruh berada jauh dari keluarga tanpa ada keperluan. dan disunnahkan untuk segera pulang dari perantauan 

kata imam Harmani : karena ketika berjalan, seseorang harus terpisah dari yang ia cintai.

***

Rumah adalah tempat dimana kita bisa beraktifitas dengan jiwa yang utuh, dan beribadah dengan sempurna. Rumah adalah tempat paling ideal bagi seorang muslim untuk menerapkan syari'ah Allah dan RasulNya



Pergilah (merantaulah) dengan penuh keyakinan, niscaya akan engkau temui lima kegunaan, yaitu Ilmu Pengetahuan, Adab, pendapatan, menghilangkan kesedihan, mengagungkan jiwa, dan persahabatan.


Sungguh aku melihat air yang tergenang membawa bau yang tidak sedap. Jika ia terus mengalir maka air itu akan kelihatan bening dan sehat untuk diminum. Jika engkau biarkan air itu tergenang maka ia akan membusuk.

Singa hutan dapat menerkam mangsanya, setelah ia meninggalkan sarangnya. Anak panah yang tajam tak akan mengenai sasarannya, jika tidak meninggalkan busurnya.

Jika engkau tinggalkan tempat kelahirnmu, engkau akan menemui derajat yang mulia ditempat yang baru, dan engkau bagaikan emas sudah terangkat dari tempatnya.

Ketika berusia masih kecil yaitu 14 tahun, beliau menceritakan hasratnya kepada ibundanya yang sangat dikasihinya tentang keinginannya untuk menambahkan Ilmu Pengetahuan dengan cara merantau. Oleh karena kehidupannya yang sangat miskin, maka Syafi’i berangkat tidak membawa perbekalan uang, kecuali dengan berbekalkan do’a ibunya dan cita-cita yang teguh untuk menambah Ilmu Pengetahuan sambil bertawakkal kepada Allah s.w.t.

Sebelumnya melepaskan Syafi’i berangkat, maka ibundanya mendo’akannya, “Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh Alam, anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu. Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan pesuruhmu. Oleh karena itu aku bermohon kepadaMu ya Allah permudahkanlah urusannya, peliharakanlah keselamatannya, panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna.”

Imam Syafi’i mengisahkan perpisahan dengan ibunya dengan mengatakan, “Sesekali aku menoleh kebelakang untuk melambaikan tangan kepada ibuku. Dia masih terjegat di luar pekarangan rumah sambil memperhatikan aku. Lama-kelamaan wajah ibu menjadi samar ditelan kabus pagi. Aku meninggalkan kota Makkah yang penuh barkah, tanpa membawa sedikitpun uang, apa yang menjadi bekalan bagi diriku hanyalah iman yang teguh dan hati yang penuh tawakkal kepada Allah swt serta do’a restu ibuku saja. Aku serahkan diriku kepada Allah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar