April ini, pohon
pisang di kebun kami banyak yang berbuah. Kemarin, Ayah mengambil beberapa
tandan pisang yang sudah menua. Ada pisang barangan, pisang lilin, pisang
nangka dan pisang banten. Untuk pisang yang masih hijau, Adikku yang perempuan
si Biya paling rajin mengolah pisang itu menjadi panganan yang enak dikunyah.
Ia sering membuat keripik pisang yang enak sebagai teman kami santai di ruang
tengah atau di balai bambu belakang rumah kami sambil mengobrol, meracau
menghabiskan waktu selepas makan siang liburan begini.
Kulihat Biya memotong
satu sisir pisang lilin dari tandannya. Kemudian ia mengambil mangkuk merah
yang berukuran sedang dan mengisinya dengan air. Biya dengan cermat mengupas
kulit pisau yang masih hijau itu dengan pisau tajam dan kelihatannya masih
banyak getahnya. Satu-persatu dikupas dan direndamnya di mangkuk yang berisi
air tadi, agar pisangnya tidak berwarna hitam karena teroksidasi. Kemudian
pisang-pisang itu dipotongnya berbentuk persegi panjang kecil-kecil mirip
dengan korek api tak berpentul. Sangat-sangat tipis dan kecil, lihai sekali
tangannya memotong pisang-pisang itu.
Biya bergegas
mengambil penggorengan. Meletakkannya di atas kompor, apipun dinyalakan. Ia
memanaskan minyak makan. Aku yakin, ia akan menggoreng pisang korek api itu.
Setelah minyak panas, pisang kemudian digoreng sampai renyah. Sambil menunggu
pisang matang, Biya mengupas bawang merah, bawang putih, cabe merah, tomat dan
sedikit jahe. Lalu menggiling bumbu sampai halus di penggilingan batu yang
sudah berumur puluhan tahun itu. Jika bumbunya sedikit biasanya kami tak
menggunakan blender. Tak lupa pula, Biya membubuhkan sejumput garam dan gula.
Di rumah kami memang tak sering memakai vitsin. Hanya garam dan gula sebagai
penggurih alami. Digilingnya sampai benar-benar halus. Ia kemudian meilhat
pisang yang digorengnya tadi, oh ternyata sudah matang. Setelah semuanya
matang. Kemudian Biya mengurangi minya di penggorengan. Setelah itu dia menumis
bumbu yang digilingnya tadi dengan sedikit minyak. Huah, hidungku sampai
bersin-bersin mencium aroma tumisan sambalnya. Setelah bumbu itu harum, Biya
mematikan kompornya dan membiarkan cabainya dingin. Kata Mamak kalau mau
menyambal kentang, teri, atau apapun yang renyah-renyah. Cabainya harus
ditunggu sampai diingin agar teksture tetap renyah dan tidak amem (udah ada di
KBBI belum ya kata amem hehe).
Setelah menunggu
beberapa menit dan cabai gorengnya sudah dingin lalu Biya mencampurkan pisang
itu dengan sambalnya. Dengan tangannya yang kuat ia mengaduk-aduk perlahan agar
bumbu dan pisang tercampur rata. Jadilah sambal pisang renyah yang nikmat.
Nyam...
Medan, 07042013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar