Rabu, 10 April 2013

Sambal Pisang ala Biya (Adik Perempuanku)




April ini, pohon pisang di kebun kami banyak yang berbuah. Kemarin, Ayah mengambil beberapa tandan pisang yang sudah menua. Ada pisang barangan, pisang lilin, pisang nangka dan pisang banten. Untuk pisang yang masih hijau, Adikku yang perempuan si Biya paling rajin mengolah pisang itu menjadi panganan yang enak dikunyah. Ia sering membuat keripik pisang yang enak sebagai teman kami santai di ruang tengah atau di balai bambu belakang rumah kami sambil mengobrol, meracau menghabiskan waktu selepas makan siang liburan begini.

Kulihat Biya memotong satu sisir pisang lilin dari tandannya. Kemudian ia mengambil mangkuk merah yang berukuran sedang dan mengisinya dengan air. Biya dengan cermat mengupas kulit pisau yang masih hijau itu dengan pisau tajam dan kelihatannya masih banyak getahnya. Satu-persatu dikupas dan direndamnya di mangkuk yang berisi air tadi, agar pisangnya tidak berwarna hitam karena teroksidasi. Kemudian pisang-pisang itu dipotongnya berbentuk persegi panjang kecil-kecil mirip dengan korek api tak berpentul. Sangat-sangat tipis dan kecil, lihai sekali tangannya memotong pisang-pisang itu.

Biya bergegas mengambil penggorengan. Meletakkannya di atas kompor, apipun dinyalakan. Ia memanaskan minyak makan. Aku yakin, ia akan menggoreng pisang korek api itu. Setelah minyak panas, pisang kemudian digoreng sampai renyah. Sambil menunggu pisang matang, Biya mengupas bawang merah, bawang putih, cabe merah, tomat dan sedikit jahe. Lalu menggiling bumbu sampai halus di penggilingan batu yang sudah berumur puluhan tahun itu. Jika bumbunya sedikit biasanya kami tak menggunakan blender. Tak lupa pula, Biya membubuhkan sejumput garam dan gula. Di rumah kami memang tak sering memakai vitsin. Hanya garam dan gula sebagai penggurih alami. Digilingnya sampai benar-benar halus. Ia kemudian meilhat pisang yang digorengnya tadi, oh ternyata sudah matang. Setelah semuanya matang. Kemudian Biya mengurangi minya di penggorengan. Setelah itu dia menumis bumbu yang digilingnya tadi dengan sedikit minyak. Huah, hidungku sampai bersin-bersin mencium aroma tumisan sambalnya. Setelah bumbu itu harum, Biya mematikan kompornya dan membiarkan cabainya dingin. Kata Mamak kalau mau menyambal kentang, teri, atau apapun yang renyah-renyah. Cabainya harus ditunggu sampai diingin agar teksture tetap renyah dan tidak amem (udah ada di KBBI belum ya kata amem hehe).

Setelah menunggu beberapa menit dan cabai gorengnya sudah dingin lalu Biya mencampurkan pisang itu dengan sambalnya. Dengan tangannya yang kuat ia mengaduk-aduk perlahan agar bumbu dan pisang tercampur rata. Jadilah sambal pisang renyah yang nikmat. Nyam...

Medan, 07042013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar